Menabung Sampah (2)

Thursday, 24 June 2010 08:11 Liza Desylanhi

Mengumpulkan sampah, lantas menabungnya di Bank Sampah jadi trend baru warga Kampung Beting Indah. Penggerak PKK RW 09 Widowati bercerita, semua keranjingan mengumpulkan sampah kering.

“Di sini biar anak-anak kecil juga aktif menabung jadi nasabah di Bank Sampah. Anak saya juga pingin. Sejak itulah setiap dapat sampah di rumah, bekas minum bekas makanan seneng banget kayak dapat apa aja gitu. ‘Ma dapat ini mah buat Bank Sampah.’ Sekarang sampah itu bukan lagi barang menjijikan buat anak-anak, jadi barang menyenangkan. Mereka pada senang ‘Ma buat Bank Sampah!’ Yah lingkungan jadi bersih lah.”

Ratnaningsih semula enggan mengumpulkan sampah. Malu. Tapi kini ia ikut serta trend baru kampungnya.

Saking getolnya mengumpulkan sampah di tiap acara kelurahan dan kecamatan, Ratnawati dijuluki ‘pemungut sampah’. Tak mengapa, kata dia. Dua bulan menabung, ia kini sudah menabung sampah setara hampir Rp 50 ribu.

“Tabungan ibu dah mau lima puluh deh, baru berapa hari sih. Insya Allah ibu akan lebih rajin lagi dari ini. Kalau bisa sih ibu pinginnya buat lebaran, beli kue kering,” kata Ratnaningsih.

Wahid merasakan betul enaknya punya tabungan di Bank Sampah. Pekerjaannya sebagai penunggu kios penjual bensin eceran tak memberi penghasilan banyak, hanya Rp 250 ribu sebulan. Tabungan di Bank Sampah sudah tiga kali menyelamatkan periuk nasinya.

Layaknya bank, Bank Sampah tidak hanya melayani nasabah menyimpan sampah, juga meminjamkan uang. Tapi uniknya nasabah tidak perlu membayar cicilan pinjaman dengan uang.

Sofiatun butuh uang untuk biaya sekolah putra keduanya, yang duduk di kelas 2 SMP. Saldo tabungan tinggal Rp 60 ribu. Ia memberanikan diri menghadap Direktur Bank Sampah Karya Mandiri, Nanang Suwardi. Peraturannya, tiap nasabah hanya boleh meminjam maksimal dua kali jumlah saldo. Tapi aturan ini bisa dilenturkan.

“Ya udah ini kita kasih 200 ribu, kalau untuk sekolah kita pentingin. Tapi betul-betul untuk biaya sekolah. Nih ya, tanggal 12 kan ya, ambil 200 ribu ini saldo terhutang 131.800. Dicicil dengan sampah seperti biasa. Mudah-mudahan bermanfaat. Jangan sampai anaknya terputus sekolahnya. Kasihan,” cerita Nanang.

Hutang di bank dibayar dengan sampah. Menabung, juga dengan sampah. Tanpa bunga, tanpa agunan, tanpa potongan biaya administrasi. Buat Sofiatun, inilah bank paling bersahabat untuk kehidupannya. Memberi harapan baru di tengah himpitan ekonomi. Maklum Sofiatun hanya buruh cuci. (bersambung ke Bag 3)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peluang Bisnis Barang Rongsokan Dan Mengungkap Sukses Bandar Barbek (Barang Bekas)

DEFINISI OFFICE BOY

SULTAN TERNATE FATWAKAN DINAR DIRHAM UNTUK MUSLIMIN