Menabung Sampah (Selesai...)
Baru satu bulan beroperasi, tabungan sampah di bank ini mencapai 1,7 ton. Sampah-sampah itu lantas dijual ke penampung plastik bekas. Setelah lima bulan beroperasi, uang di Bank Sampah mencapai Rp 3 juta. Jumlah nasabah pun melonjak dari 200 jadi 500. Virus menabung sampah ini bahkan merambah sampai ke RW lain. Kini sudah 3 RW di Kelurahan Semper Barat yang punya Bank Sampah.
“Syaratnya sangat mudah, tinggal kumpulkan saja sampah yang ada di rumah, kita tabung. Kita kasih buku rekening tanpa potongan, tanpa biaya buku rekening. Persyaratan lain tidak kena jaminan, tidak ada bunga. Tanpa dikenakan bunga juga bank sampah sudah diuntungkan. Nah keuntungannya juga untuk mereka,” tambah Nanang.
Selisih keuntungan inilah yang digunakan untuk membayar kasir keliling dan pemilah sampah, tugas yang diemban para pemuda dari Karang Taruna setempat.
Ketua Karang Taruna RW 09 Dharmawan bercerita, Bank Sampah telah membuka lapangan kerja baru. Pendapatan per bulan bagi para pemuda Karang Taruna ini mencapai Rp 300 ribu. Belasan anggota Karang Taruna lain menanti kesempatan kerja di bank unik ini.
Bank Sampah bak oase bagi warga setempat yang kebanyakan bekerja sebagai buruh tidak tetap. Setiap rumah tangga pasti menghasilkan sampah; sampah itulah yang digunakan untuk menabung dan membayar cicilan hutang. Direktur Bank Sampah Nanang Suwardi bangga, inilah keunggulan yang tak dimiliki bank lain.
Keberhasilan Bank Sampah Karya Mandiri sampai juga ke telinga Walikota Jakarta Utara Bambang Sugiyono. Ia menargetkan, setiap kelurahan di wilayahnya harus punya Bank Sampah. Bisa disokong pemerintah daerah, janjinya.
Tugas belum selesai buat seorang Nanang Suwardi. Ia masih punya impian. Bank Sampah ingin menyerap sebanyak mungkin sampah warga, termasuk sampah organik, mengingat selama ini tabungan warga sebatas sampah kering. Uji coba pembuatan kompos padat dan cair sudah dilakukan, mesin pencacan sampah organik baru saja tiba.
Nanang juga ingin Bank Sampah bisa mengolah sendiri sampah plastik dan kaleng demi meningkatkan harga jual. Kaleng bekas bisa dipotong jadi tempat pembakar spiritus. Sementara plastik yang sudah dicacah akan punya nilai jual lebih tinggi, ketimbang dijual begitu saja ke pabrik.
Kalau sudah begini, sampah bukan lagi sumber masalah, kata waga Sofiatun. Lingkungan bersih, tabungan juga menumpuk.
“Syaratnya sangat mudah, tinggal kumpulkan saja sampah yang ada di rumah, kita tabung. Kita kasih buku rekening tanpa potongan, tanpa biaya buku rekening. Persyaratan lain tidak kena jaminan, tidak ada bunga. Tanpa dikenakan bunga juga bank sampah sudah diuntungkan. Nah keuntungannya juga untuk mereka,” tambah Nanang.
Selisih keuntungan inilah yang digunakan untuk membayar kasir keliling dan pemilah sampah, tugas yang diemban para pemuda dari Karang Taruna setempat.
Ketua Karang Taruna RW 09 Dharmawan bercerita, Bank Sampah telah membuka lapangan kerja baru. Pendapatan per bulan bagi para pemuda Karang Taruna ini mencapai Rp 300 ribu. Belasan anggota Karang Taruna lain menanti kesempatan kerja di bank unik ini.
Bank Sampah bak oase bagi warga setempat yang kebanyakan bekerja sebagai buruh tidak tetap. Setiap rumah tangga pasti menghasilkan sampah; sampah itulah yang digunakan untuk menabung dan membayar cicilan hutang. Direktur Bank Sampah Nanang Suwardi bangga, inilah keunggulan yang tak dimiliki bank lain.
Keberhasilan Bank Sampah Karya Mandiri sampai juga ke telinga Walikota Jakarta Utara Bambang Sugiyono. Ia menargetkan, setiap kelurahan di wilayahnya harus punya Bank Sampah. Bisa disokong pemerintah daerah, janjinya.
Tugas belum selesai buat seorang Nanang Suwardi. Ia masih punya impian. Bank Sampah ingin menyerap sebanyak mungkin sampah warga, termasuk sampah organik, mengingat selama ini tabungan warga sebatas sampah kering. Uji coba pembuatan kompos padat dan cair sudah dilakukan, mesin pencacan sampah organik baru saja tiba.
Nanang juga ingin Bank Sampah bisa mengolah sendiri sampah plastik dan kaleng demi meningkatkan harga jual. Kaleng bekas bisa dipotong jadi tempat pembakar spiritus. Sementara plastik yang sudah dicacah akan punya nilai jual lebih tinggi, ketimbang dijual begitu saja ke pabrik.
Kalau sudah begini, sampah bukan lagi sumber masalah, kata waga Sofiatun. Lingkungan bersih, tabungan juga menumpuk.
Komentar
Posting Komentar