Melakukan Amal Shalih Dengan Cerdas

Hari Ahad kemarin, alhamdulillah dapat berkunjung ke rumah seorang sahabat. Menjenguk ibunya yang sedang sakit. Bersama teman-teman, kami masuk ke kamar beliau. Si ibu berbaring, bercerita, tertawa bersama; tidak nampak seperti orang sakit. Senang rasanya terlihat tegar.

Bukan itu saja, beliau juga mengajarkan kami bagaimana berbagi. Dia nampak begitu semangat merencanakan pelaksanaan acara maulid mendatang. Kebetulan diantara kami terdapat pengajar yang bertugas di sekolah/pesantren miliknya ustadz Yusuf Mansur.

Mengetahui hal ini, si ibu bertambah semangat. Semangat untuk mengadakan acara maulid. Beliau menginginkan ada seorang penceramah yang berasal dari pesantren Yusman (panggilan akrab Yusuf Mansur) yang dapat mengisi acara maulid itu.

Si ibu juga menceritakan semangat berbagi yang lainnya. Beliau mau mengorbankan hartanya untuk biaya anak-anak mengaji. Anak-anak dan orang tua mereka tidak perlu memikirkan biaya untuk pengajian. Tugas mereka hanya mengaji.

Hari Selasanya 18/1/2011, saya ikut ustadz Bobby Herwibowo ke kawasan Serpong. Beliau akan menyampaikan ceramah di sebuah perkantoran yang ada di sana.

“Waktu berjalan dengan cepat. Baru juga hari Senin, sekarang sudah masuk hari Ahad lagi. Sepertinya baru kemarin melihatnya bermain-main, kini telah duduk di bangku kuliah.”

Demikianlah di awal-awal ceramah ustadz Bobby. “Kita hidup di dunia tidak lama.” Pada uraian berikut beliau memberi contoh berbagai amal shalih cerdas.

“Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian, apakah ada yang tahu KH As’ad Humam? Karyanya banyak dipakai, digunakan oleh kaum muslimin. Entah sudah berapa kali cetak ulang karya beliau,”

“Ada yang tahu apa nama karya beliau?” Para peserta pengajian hanya diam membisu.

“Karya beliau itu adalah buku Iqra. Buku panduan yang biasa dipakai oleh anak-anak yang baru belajar mengaji.”

“Sekarang coba bayangkan, berapa banyak ganjaran yang Allah berikan kepada KH As’ad? Berapa banyak anak yang bisa mengaji, setelah mempelajari buku ini, sebanyak itu pula ganjaran yang diterimanya.”

Dalam sebuah hadits diceritakan ada seseorang yang mondar-mandir di depan berbagai pintu surga. Orang itu dipersilahkan memilih surga manakah yang dikehendakinya.

“Apa yang telah dilakukannya?”

Usbob (panggilan akrab ust. Bobby) menunggu jawaban. Karena tidak ada jawaban, usbob menjawabnya sendiri, “Cuma karena dia menyingkirkan duri di jalan.”

Pada suatu ketika, “Saya pernah mengisi pengajian di sebuah hotel,” lanjut ust. Bobby

“Saya didampingi oleh seseorang yang bernama Mushannif. Orang-orang yang berpapasan dengan kami, rata-rata mengagguk hormat.”

Saya pun bertanya, “Mengapa mereka begitu hormat pada mas Mushannif?”

“Perlu bapak-bapak, ibu-ibu sekalian ketahui, Mushannif itu hanya seorang office boy. Tapi banyak sekali orang yang begitu hormat padanya,” usbob menjelaskan

Mas Mushannif pun bercerita, “Dulu di sini tidak ada ruangan shalatnya. Saya bersama teman-teman berupaya untuk mewujudkannya. Mencoba menghubungi beberapa orang berwenang untuk minta izin agar ada ruangan yang dapat digunakan untuk shalat. Tidak ada seorang pun yang mengizinkannya. Ruangan yang boleh digunakan hanyalah basement.”

“Kami pun menggunakan basement itu pertama kali untuk shalat Jum’at. Shalat Jum’at dihadiri oleh pemilik hotel. Memang rencana Allah tidak ada yang dapat menghalanginya,”

“Ada yang tahu kenapa?” tanya ustadz Bobby

“Di saat ibadah shalat Jum’at sedang berlangsung, hujan turun. Mereka yang mendengarkan ceramah di luar basement pun masuk ke dalam. Keadaan pun menjadi kacau. Ruangan basement menjadi penuh sesak dengan orang,”

Melihat kondisi ini, pemilik hotel marah dan mengatakan, “Siapa yang bertanggung jawab melaksanakan shalat Jum’at di sini?”

Semua mata tertuju ke Mushannif. Mushannif menjelaskan dan tanpa ragu-ragu dia mengatakan bahwa hotel membutuhkan sebuah ruangan untuk shalat.

Mendengar penjelasan ini, keesokkan harinya, pemilik hotel mengirimkan dua karpet besar untuk digunakan sebagai alas untuk shalat.

“Kini hotel itu sudah mempunyai ruangan khusus dan permanen untuk shalat. Betapa sederhana yang dilakukan Mushannif, namun begitu besar dampaknya untuk orang banyak,” begitu jelas ustadz Bobby

Semua amal shalih yang dijelaskan di atas nampak sederhana. Ibu teman saya hanya membiayai anak-anak yang ingin mengaji. KH As’ad Humam hanya membuat buku panduan mengaji. Orang yang diceritakan dalam hadits di atas, hanya menyingkirkan duri dari jalan. Sementara Mushannif hanya memelopori agar ada ruangan yang dapat dijadikan tempat shalat.

Walau nampak sederhana, namun ganjaran yang Allah berikan bukan alang kepalang. Meski terlihat mudah, namun bermanfaat untuk orang banyak.

Mari sama-sama kita melakukan amal shalih dengan cerdas.

Komentar

  1. Hal Kecil kadang menyebabkan pelakunya menjadi harum dan besar, namun bisa juga menyebabkan jatuh tersungkur kelembah kehinaan dan kehancuran.... (na'udzubillahi min dzalik)...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mu'min Yang Satu Dengan Mu'min Yang Lain Bagaikan Bangunan

Beramal Sebelum Datang Tujuh Perkara

Peluang Bisnis Barang Rongsokan Dan Mengungkap Sukses Bandar Barbek (Barang Bekas)