SEKILAS TENTANG "HIZBULLAH" PADA JAMA’AH MUSLIMIN (HIZBULLAH)

SEKILAS TENTANG "HIZBULLAH" PADA JAMA’AH MUSLIMIN (HIZBULLAH)

Beberapa anggapan dikalangan ikhwah fillah mengenai syubhat nama dan wadah berkumpulnya (berjama’ahnya) muslimin serta system kepemimpinan masyarakat islam, diantaranya :
1. Jama’ah Muslimin bukanlah sebuah nama untuk golongan tertentu, akan tetapi sifat.
2. Jama’ah Muslimin (Hizbullah) adalah bid’ah.
Untuk menjawab anggapan-anggapan tersebut diatas marilah kita persiapkan sikap shabar dan ikhlash dan sepenuhnya kita kembalikan kepada Allah dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ya’ni Al Qur-an dan As Sunnah Ash Shohihah (fa’alaikum bi as sunnatii wa sunnati al khulafau ar rasyidin al mahdiyyin). Semoga dengan cara ini Allah subhanahu wata’ala memberikan keridhaan serta maghfirahnya kepada kita sekalian. Karena tiada yang lain yang kita harapkan melainkan Ridha serta Ampunan Nya, amin.
1. Jama’ah Muslimin Bukanlah Sebuah Nama.
Menurut sebagian kalangan muslimin bahwasanya nama itu tiada perlu dikarenakan yang penting adalah sifatnya. Sekalipun kalau tidak mau disebut bertentangan dengan apa yang mereka katakan terhadap nama-nama yang mereka buat.
Jama’ah Muslimin adalah jama’ah yang diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat ’amalkan untuk iltizam didalamnya. Firman Allah subhanahu wata’ala : Berpegang teguhlah kalian kepada tali Allah seraya berjama'ah dan janganlah kamu sekalian berpecah-belah .... (q.s. Ali Imran;103), Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : ” ..... Talzamu Jama’atal Muslimina wa imamahum .... (al hadits)
Jama’ah Muslimin adalah nama lain dari nama-nama yang disyari’atkan. antara lain:
* Al Jama’ah : ’alaikum bi al Jama’ah wa iyyakum bi al furqoh. (al hadits)
amarukum bi khamsin Allahu amarana bihinna : bi al jama’ah
* Maa ana ’alaihi wa ashabih. (al hadits)
* Thaifah al Manshuroh (al hadits)
* Firqatu an Najiyah (al hadits)
* Mujaama’atu Ahlu al Haq wain qallu (atsar shahabat ’Ali bin Abi Thalib)
* Ahlu as Sunnah wa al Jama’ah (al hadits)
* Sawadul A'dzham (al hadits)

* Hizbullah (q.s. Al Maidah;56)
Jama’ah Muslimin adalah Jama’ahnya para Nabi dan Rasul.
Jama’ah Muslimin adalah sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan juga sunnahnya para khulafau ar rasyidin al mahdiyyin.
Jama’ah Muslimin adalah Al Jama’ah walau kaana wahdah (masa tabi’in dan tabiat tabi’in atau masa Mulkan Adh dhan dan Jabariyah)

2. Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Adalah Bid’ah.
Sekilas penjelasan tentang hubungan antara Jama’ah Muslimin dan Hizbullah, adalah Gerakan Islam “Hizbullah” berbentuk Jama’ah. Hizbullah bukanlah partai ataupun golongan bersifat politik, ormas, LSM ataupun harakah, yang biangnya berasal dari masyarakat Inggris, kemudian berkembang biak ke seluruh Amerika Serikat lalu menyusup ke negeri-negeri jajahan Barat, termasuk Indonesia pada masa pejajahan Hindia Belanda.
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertiannya, penggunaan kata Hizbullah ini telah lama digunakan oleh sebagian kaum muslimin di dunia, khususnya Indonesia, terlebih khususnya kaum muslimin yang berada di pulau Jawa, sekaligus untuk mengetahui waktu dan perjuangan yang tepat dari Hizbullah. Bagi mereka yang belum memahami arti Hizbullah, dalam benaknya akan terbayang laskar atau tentara. Sebab, kata atau sebutan Hizbullah pernah dipergunakan sebagaimana laskar dalam perjuangan secara fisik melawan serdadu penjajah Belanda dan Inggris. Bahkan, pada akhir kekuasaan bala tentara pendudukan Jepang di Indonesia di samping pasukan-pasukan Pembela Tanah Air (PETA), ada juga kader-kader inti yang mendapat latihan di Cibarusa, Bogor, khusus bagi para pemuda Muslimin, yang diberi nama Hizbullah. Seorang di antara pelatihnya, kalau kami tidak khilaf, adalah Mr. Kasman Singodimedjo dari PETA. Karena itulah, pengertian Hizbullah selalu dibayangkan sebagai laskar atau tentara. (ditukilkan dari perkataan imaamul muslimin Syeikh Wali Al Fatah rahimahullah)
Hizbullah pada Akhir Masa Kolonial Belanda
Pada Perang Dunia I (1914-1918), Belanda lebih suka untuk tidak terlibat dalam kancah peperangan dan bersikap netral. Namun, dalam Perang Dunia II (1939 –1945), negeri ini ikut terlibat walaupun mereka lebih suka bersikap netral.
Pada perang dunia II, strategi Jerman di bawah pimpinan kaum Nazi, Hitler, mempergunakan taktik perang kilat. Secara mendadak pasukan Jerman menyerbu teritorial kerajaan Belanda, kemudian meneruskan ke wilayah Belgia secara cepat, kemudian wilayah perang Perancis, dan bila mungkin, menyeberangi Selat Kanal untuk menyerbu wilayah Inggris.
Karena tidak siap berperang, lagi pula kalau dibanding dengan lawannya, negeri Belanda hanyalah merupakan satu negeri yang kerdil saja, dalam waktu lima hari saja, Belanda menyerah kalah. Kerajaan Belanda tidak lagi terdapat di daratan Eropa. Pemerintahnya lari ke sahabat kentalnya, yaitu Inggris. Kapal perang dan kapal dagangnya yang dapat diselamatkan, dilarikan ke perairan-perairan tetangganya. Selama berkecamuknya Perang Dunia ke-II, tenaga lautan Belanda itu berada di bawah komando Inggris. Wilayah Belanda yang tertinggal hanya di negeri-negeri jajahannya, yaitu Hindia Belanda, Indonesia sekarang, dan Suriname.
Dalam situasi seperti itu ditambah bayangan menggelembungnya suasana perang di lautan Pasifik, karena Angkatan Darat Jepang telah berada di daratan Cina menuju Selatan, pemerintah Hindia Belanda semakin gelisah, cemas, dan diliputi banyak penyesalan. Mereka merasa sesak napas, tidak terkecuali orang-orang yang berada di Indonesia sebagai tanah jajahannya, bila Hindia Belanda terseret dalam kancah peperangan, dapatkah Hindia Belanda dipertahankan? Politik kolonial Belanda yang sangat kolot dan benar-benar reaksioner tidak memungkinkan mereka untuk merasa aman dan tenteram lahir dan batin, apalagi menghadapi perang dunia secara langsung. Selain itu, pribadi Belanda yang berkulit hitam maupun berkulit putih, tidak dibangun untuk menghadapi musuh luar negeri, melainkan hanyalah menumpas perlawanan penduduk belaka, sekiranya itu terjadi.
Jadi, Belanda sama sekali tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berhadapan dengan kekuatan bala tentara Jepang. Belanda dalam situasi sangat kritis. Rakyat Indonesia sendiri, yang sekian lama hidup dalam penindasan serta pemerasan Belanda, tidak dapat diandalkan untuk membantu mereka.
Patut dicatat, bahwa setiap pemerintahan yang tidak pandai dan tidak memperhatikan nasib rakyat banyak, tidak mencerminkan ketulusan hati nurani, apalagi jika beritikad buruk dengan tindakan zhalim, kejam, kekerasan, dan menindas, lebih buruk lagi jika rakyat dianggap sebagai musuh, maka lambat atau cepat akan ditinggalkan oleh rakyatnya.
Karena itu menjelang runtuhnya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah untuk membekukan segala perjuangan rakyat, terutama dalam bidang politik, termasuk larangan mengadakan rapat-rapat atau pertemuan. Saat-saat akhir sejarah kolonial Belanda itulah, pengertian Hizbullah untuk pertama kalinya kami dengar, namun baru diberikan maknanya secara ringkas, yaitu kaum yang berpihak kepada Allah. Kami mengimani dan sekuat tenaga untuk mengamalkan maksud-maksudnya. (Hizbullah adalah kaum yang berpihak kepada Allah, termaktub dalam Al-Qur`an, surat Al-Mujadalah ayat 22 dan Al-Maidah ayat 56).
Kami mendengar kata Hizbullah dari Syeikh Muhammad Ma’sum, ahli hadits di Yogyakarta, dalam suatu silaturrahmi di kediaman Ustadz Abdul Gaffar, yang ketika itu menjabat Direktur Madrasah Mu’alimin Wal Fajri di Karangkajen, Yogyakarta. Selain ketiga orang tersebut (Wali Al-Fattaah, Muhammad Ma’sum dan Abdul Gaffar/pen), ada pula ikhwan lainnya, di antaranya ustadz Suhadi, ayah dr. R.H. Su’dan dan Muhammad Ma’sum seorang awam biasa yang sangat gigih berjuang untuk Islam.
Sekiranya pertemuan tersebut diketahui oleh pihak kepolisian Belanda, kemudian digerebeg karena dianggap melanggar peraturan (Belanda) yang melarang rapat atau pertemuan, walaupun pengajian yang termasuk tugas dien, kami sudah memiliki jawabannya, bahwa kami adalah Hizbullah, kaum yang berpihak kepada ALLAH subhanahu wa ta'ala. Pada waktu itu pengertian yang lebih luas atas kata Hizbullah belum diberikan, demikian juga tentang dalil-dalilnya. Akan tetapi, alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ketika kolonialisme Belanda mengakhiri sejarahnya di Indonesia, Hizbullah tidak mendapat kesulitan apa pun. Peraturan larangan mengadakan pertemuan-pertemuan oleh pihak Belanda tetap ada, tetapi karena Allah dan pertolongan-Nya, Hizbullah secara rutin mampu mengadakan pertemuan yang sifat serta isinya pengajian-pengajian.
Itulah pokok perkenalan kita untuk pertama kalinya dengan kata Hizbullah, yang selanjutnya, Insya Allah kita termasuk pula di dalamnya. Masya Allah, la haula wa la quwwata illa billah!

Hizbullah pada Zaman Jepang
Perkenalan kedua kali dengan kata Hizbullah terjadi pada saat-saat akhir masa pembentukan bala tentara kerajaan Jepang yang bernama Hizbullah. Bala tentara ini mendapat latihan kemiliteran di Cibarusa Bogor.
Kata Hizbullah pertama kalinya diusulkan kepada pemerintah pendudukan bala tentara Jepang di Jawa yang berkedudukan di Jakarta, gunsei kanbu. Pada saat itu, Hizbullah diusulkan sebagai nama pasukan beranggotakan para pemuda muslimin yang hendak dibentuk. Tujuannya adalah setelah runtuhnya kekuasaan kerajaan Jepang dalam Perang Dunia II, dalam menghadapi negara-negara sekutu, khususnya Amerika Serikat, kaum muslimin hendaknya tidak tinggal diam, bahkan bila mungkin memelopori untuk mengangkat senjata. Pada saat itu mulai terbayang usaha meneruskan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Delegasi yang dikirim oleh Hizbullah untuk memajukan konsepsi serta gagasannya kepada gunsei kanbu ialah kami sendiri disertai Ustadz Sulaiman Masulili atau Penawi Tengah, yang kini masih berada di tengah-tengah kita dan tinggal di Jakarta.*
Pada waktu itu kami tidak mengungkapkan maksud dibentuknya Hizbullah, sebab, bila maksud sepenting itu telah tercium oleh pihak Jepang, dapat diperkirakan, bahwa usulan itu bukan hanya ditolak, bahkan tidak mustahil kami akan dijebloskan ke dalam penjara. Hal ini karena rezim fasisme Jepang yang sangat agresif itu sedang kalap karena terjepit oleh pihak musuhnya, terutama pihak Amerika Serikat sehingga kami akan dianggap meremehkan kekuatan mereka. Di samping itu, mereka merasa khawatir bila kami akan meneruskan perjuangan kemerdekaan bagi nusa dan bangsa Indonesia yang umumnya terdiri dari kaum muslimin.
Alhamdulillah, selama pendudukan bala tentara Kerajaan Jepang di Indonesia, kami dalam keadaan aman dan usulan kami pun disetujui. ini terbukti dengan adanya latihan-latihan kader inti di Cibarusa, Bogor.
Hizbullah pada Masa Kemerdekaan
Perkenalan ketiga dengan kata Hizbullah terjadi beberapa bulan sesudah proklamasi kemerdekan Indonesia, yakni dengan adanya hasil keputusan Muktamar Umat Islam di Aula Mu’alimin Karangkajen, Yogyakarta. Ketika itu diputuskan untuk membentuk organisasi Masyumi pada tanggal 7 November 1945 M, yang kemudian beralih menjadi partai politik.
Kata Hizbullah dipergunakan sebagai nama laskar Masyumi, yang terdiri para pemuda muslimin, yang berniat mengusir fitnah penjajahan dengan mengangkat senjata secara fisik. Di samping itu, ada pula laskar lain dari berbagai golongan yang menggunakan nama Hizbullah.
Kata Hizbullah sebagai nama laskar yang berjuang secara fisik terus berjalan, hingga terjadinya penyatuan semua laskar yang ada, dengan dibentuknya tentara resmi dari Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan satu ketentaraan saja.

Hizbullah, Kaum yang Berpihak kepada ALLAH.
Setelah mengenal kata Hizbullah dengan makna, pertama sebagai suatu “kaum yang berpihak kepada Allah subhanahu wa ta'ala”. Kedua, sebagai “kader inti ketentaraan “ yang mendapat latihan Jepang di Cibarusa, Bogor. Ketiga, sebagai nama laskar dari pemuda-pemuda Muslimin yang berjuang secara fisik pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Kini tibalah saatnya untuk mengenal kalimat Hizbullah, yang sejak 10 Dzulhijjah 1372 H. (20 Agustus 1953 M.) hingga sekarang ini berada dalam suatu gerakan Islam dengan nama dan makna yang satu, yaitu suatu kaum yang berpihak kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam kitab suci Al-Qur`an,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(54)إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ(55)وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ(56)
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu murtad dari dien-Nya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia ridlai mereka dan mereka pun ridla kepada-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap mukminin dan keras tegas terhadap kafirin. Mereka bersungguh-sungguh di jalan Allah dan tidak takut terhadap celaan manusia yang mencela, demikian itu ialah nikmat Allah, yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki, karena Allah itu Mahaluas pemberian-Nya lagi Mahamengetahui. “Sesungguhnya pimpinan kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan mukminin yang menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat dan mereka ruku, tunduk kepada perintah Allah. “Dan barang siapa menjadikan Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang beriman sebagai pimpinan, maka sesungguhnya itulah Hizbullah - Kaum yang berpihak kepada Allah - Hizbullah itulah yang jaya.’’ (QS. Al-Maidah: 54–56)
Selanjutnya kata Hizbullah juga disebutkan dalam surat Al-Mujadalah, ayat 21-21:
كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ(21)لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا ءَابَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(22)
“Allah telah menetapkan, sesungguhnya kejayaan itu bagi-Ku dan Rasul-rasul-Ku. Sesungguhnya Allah itu Mahakuat lagi Mahaperkasa. Tidak engkau dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian itu saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sekalipun mereka itu adalah bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, atau keluarga mereka. Mereka (orang yang beriman) itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan iman ke dalam hati mereka, dan Allah menguatkan mereka dengan ruh daripada-Nya, dan memasukkan mereka itu ke dalam Jannah, yang mengalir air sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridla kepada mereka dan mereka ridla kepada-Nya. Mereka itulah Hizbullah –kaum yang berpihak kepada Allah. Ketahuilah bahwasanya Hizbullah itulah yang mendapat kebahagiaan.” (QS. Al-Mujadalah: 21–22)
Adapun kebalikan Hizbullah disebutkan dalam surat Al-Mujadalah ayat 19 - 20:
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُون َ(19) إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ(20)
“Setan telah berkuasa atas mereka, lalu ia jadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itu adalah Hizbusysyaithan. Ketahuilah sesungguhnya Hizbusysyaithan itulah orang-orang yang merugi. Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka dalam golongan orang-orang yang sangat hina.” (QS. Al-Mujadalah: 19 – 20)
Semua dalil di atas telah menjelaskan arti atau makna Hizbullah dengan gamblang. Hizbullah bukanlah suatu laskar, bukan pula suatu partai politik atau perserikatan dan perkumpulan biasa, juga bukan semacam dewan-dewanan yang lahir dari karya pikir manusia. Hizbullah adalah suatu kaum atau umat yang berpihak, tunduk, patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah Al-Jama’ah, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka itulah Jama'ah Muslimin, Insya Allah. Allahumma Amin.

Prinsip Aqidah Ash Shohihah HIZBULLAH
Mereka adalah yang bersaksi bahwa Allah adalah Rabb dan Ilah yang patut diibadahi, Dia Maha Esa dengan semua kesempurnaan-Nya. Mereka beribadah dan mengikhlaskan dien hanya kepada-Nya.
Yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah adalah Sang Pencipta, Yang Mengadakan, Yang Membentuk, Yang Memberi Rizki, Yang Maha Memberi dan Maha Menahan (rizki). Dia mengurusi semua urusan. Dia adalah Ilah yang diibadahi, Yang diesakan dan yang menjadi tujuan. Dialah Al-Awwalu (yang pertama), tiada lagi sesuatupun sebelum-Nya. Dialah Al-Akhiru (yang akhir) tiada sesuatupun setelah-Nya. Dialah Yang Maha Tinggi, tiada lagi yang di atas-Nya dan Dialah Al-Batin (yang tersembunyi) yang tiada sesuatupun yang lebih tersembunyi dari pada Dia. Dialah Yang Maha Tinggi, dengan semua arti dan makna yang terkandung didalamnya. Maha Tinggi dalam Dzat-Nya, Taqdir-Nya dan dalam kekuasaan-Nya. Dialah yang bersemayam di atas 'Arsy. Dia bersemayam sesuai dengan keagungan, kemulyaan dan ketinggian-Nya yang mutlak. Ilmu-Nya meliputi segala yang tampak dan yang tersembunyi, yang tinggi dan yang rendah tentang hamba-Nya.

Dia mengetahui semua keadaan hamba. Dia Maha dekat lagi Mujib (Mengabulkan do'a).
Sesungguhnya Dzat-Nya tidak butuh kepada makhluq sedangkan semua makhluq membutuhkan-Nya setiap saat. Dia Maha Lemah-lembut dan Penyayang kepada hamba, yang tiada nikmat dien, dunia dan terhindar dari siksa kecuali dari-Nya. Dialah pemberi nikmat. Sebagian dari nikmat-Nya, ketika sepertiga malam Dia turun ke langit dunia untuk melihat hajat hamba-Nya. Dia berfirman: Tidaklah hamba-Ku meminta kecuali hanya kepada-Ku. Barangsiapa yang berdo'a kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, barangsiapa yang meminta pasti Aku beri, barangsiapa meminta ampun pasti Aku ampuni, (yang demikian itu sampai terbit fajar). Dia turun menurut kehendak-Nya dan melakukan apa yang Dia Kehendaki. Tiada sesuatupun yang menyamai-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Hizbullah meyakini bahwa Allah adalah Al-Haakim' yang di dalam syariat-Nya terdapat hikmah yang sempurna. Tiada ciptaan yang sia-sia. Tidaklah Dia membuat syareat (aturan) kecuali untuk kemaslahatan makhluq.
Dialah At-Tawwab Yang Maha Menerima taubat hamba dan mengampuni kesalahan mereka. Dia Yang Maha Memberi ampunan dari dosa-dosa hamba-Nya yang bertaubat, meminta ampun dan kembali kepada-Nya.
Dialah Asy-Syakur, Dia membalas amalan hamba meskipun amalan itu sedikit dan dia menambah karunia-Nya kepada hamba yang bersyukur.
Hizbullah mensifati Allah dengan apa yang Dia sifat-kan pada diri-Nya sendiri dan yang disifatkan oleh rasul.
Sifat dzatiyah seperti yang Maha Hidup lagi Sempurna yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, Maha Sempurna Qudrah-Nya, Maha Agung lagi Maha Besar, yang Maha Mulia lagi Terpuji-yang segala puji mutlak hanya milik-Nya.
Dan diantara sifat-sifat fi'liyah-Nya, yang berkaitan dengan kehendak dan kekuasaan-Nya, seperti sifat Rahmah (kasih sayang), Ridha, benci dan sifat kalam (berbicara). Dia berbicara dengan apa yang Dia kehendaki dan dengan cara yang Dia kehendaki. Ucapan-Nya takkan pernah habis.

Sesungguhnya Dia senantiasa dan terus bersifat, karena Dia mengerjakan yang Dia inginkan dan berbicara dengan apa yang Dia kehendaki. Dia memutuskan perkara hamba-Nya dengan hukum yang ditentukan-Nya, baik berupa hukum syar'i maupun berupa balasan. Dialah Al-Hakiim yang menghakimi, dan Dialah Al-Maalik yang menguasai. Selain Dia adalah dihakimi dan di kuasai. Hamba tidak akan bisa keluar dari hukum dan kekuasaan-Nya.
Hizbullah beriman kepada apa yang dikabarkan Al-Qur'an dan Hadits mutawatir yaitu: Bahwasannya mereka akan melihat wajah Rabbnya dengan pandangan yang jelas. Dan kenikmatan memandang-Nya adalah sebesar-besar kenikmatan dan keberhasilan mendapat ridha-Nya adalah sebesar-besar kenikmatan.
Hizbullah meyakini bahwanya iman itu mencakup keyakinan hati dan amalan hati, amalan anggota badan dan ucapan lisan. Barangsiapa yang bisa mewujudkannya maka ia menjadi mukmin sejati yang berhak mendapat balasan dan selamat dari siksa. Barangsiapa yang menguranginya maka imannya berkurang menurut kadar pengurangannya. Oleh karena itu iman bertambah dengan ketaatan dan amalan baik dan akan berkurang dengan maksiat dan amalan buruk.

Hizbullah memiliki karakter dasar ya’ni selalu berusaha dan bersungguh-sungguh dalam hal yang bermanfaat baik urusan dien maupun dunia dengan meminta tolong kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Semua gerak-gerik mereka selalu dikerjakan dengan ikhlas dan mengikuti petunjuk rasul serta memberi nasehat kepada ummat dengan petunjuk rasul.
Hizbullah bersaksi bahwa Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Allah mengutusnya dengan petunjuk dan dien yang hak agar dien ini menang diantara dien-dien yang lain. Beliau adalah manusia yang (lebih berhak dihormati) oleh kaum muslimin daripada diri mereka sendiri, dan beliau adalah penutup para nabi. Beliau diutus untuk menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan kepada jin dan manusia. Sebagai penyeru (untuk bertauhid) kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan pembawa lampu yang terang dengan izin-Nya. Beliau diutus untuk kemaslahatan dien dan dunia, agar hamba beribadah kepada-Nya dan meminta rizki hanya kepada-Nya jua.
Hizbullah mengetahui bahwa beliau adalah orang yang paling berilmu, paling jujur, paling banyak memberi nasehat dan paling agung ucapannya diantara manusia. Sehingga mereka mengagungkan dan mencintainya. Mereka lebih mendahulukan cintanya kepada beliau daripada kepada semua makhluk. Mereka berdien dengan mengikuti dan yakin akan syafa’at beliau , baik pokok maupun cabangnya.
Hizbullah lebih mendahulukan ucapan dan petunjuk beliau daripada ucapan dan petunjuk orang lain. Dan lebih mendahulukan ’ilmu daripada perkataan dan perbuatan secara ’adil.
Hizbullah meyakini bahwasannya Allah mengumpulkan sifat-sifat utama dan kepribadian yang sempurna pada diri beliau, yang tidak pernah diberikan kepada yang lain.

Kedudukan beliau paling tinggi dan paling agung diantara makhluq, serta paling sempurna fadilahnya diantara mereka. Tiada satu kebaikanpun yang tidak ditunjukkan kepada ummatnya, dan tiada satu keburukanpun kecuali telah beliau peringatkan agar menjauhinya.
Hizbullah Mengimani kepada semua kitab yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada semua rasul yang diutus. Mereka tidak membedakan salah satu diantara para nabi.
Hizbullah beriman kepada semua taqdir. Tidaklah semua amal yang baik dan yang buruk kecuali Ilmu Allah meliputinya dan Qalam-Nya mencatat. Semua berlaku di atas kehendak-Nya, dan semua terikat dengan hikmah-Nya. Dia juga menciptakan (memberi) kehendak dan kemampuan kepada hamba yang dengannya mereka berbicara dan bekerja menurut kehendak mereka. Allah tidak memaksa hamba terhadap suatu hal tapi disuruh memilihnya. Bagi seorang Hizbullah lebih memilih dan mencintai keimanan, mendahulukan dan melebihkan kecintaannya kepada Allah, Rasul dan Jihad fie sabilillah serta dijadikannya sebagai perhiasan di dalam hatinya dan benci terhadap kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan.
Dan landasan pokok Hizbullah adalah mereka berdien dengan (taat kepada) nasehat Allah, kitab-Nya, para Nabi dan Rasul, khalifah setelah Rasulullah (Khulafau ar Rasyidin), mulkan (sulton) yg memimpin umat dengan ’adil, Imaam jama’ah Muslimin dan kepada semua kaum Muslimin. Mereka selalu memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang mungkar sesuai dengan yang diwajibkan dalam syariat. Mengajak supaya berbuat baik kepada orang tua dan menyambung silaturahim, berbuat baik kepada tetangga, memelihara anak yatim, memberi makan fakir miskin, tha’at dan baik kepada ulil amri, para bithanahnya dan kepada semua yang mempunyai hak sekalipun kafir selama tidak memusuhi, mengusir atau memerangi.
Menyeru kepada akhlaq yang mulia, kepada kebaikan dan melarang akhlak yang jelek lagi hina.
Hizbullah yakin bahwa orang mukmin yang paling sempurna iman dan keyakinannya adalah yang paling baik akhlak dan amalnya, paling jujur perkataannya, yang lebih cenderung pada kebaikan, keutamaan serta menjauhkan diri dari setiap kejelekan.
Memerintahkan untuk menegakkan syariat-syariat dien dengan apa yang datang dari rasul tentang sifat dan kesempurnaannya serta melarang merusakkan dan merobohkan dien.
Hizbullah memandang bahwa jihad fi sabilillah tetap wajib bersama pemimpin yang baik maupun yang fajir. Jihad adalah puncak ketinggian Islam. Jihad dengan ilmu dan hujah, jihad dengan senjata merupakan fardhlu bagi setiap muslim dengan segala kemampuannya guna membela dan menegakkan liilla likalimatillah.
Mereka selalu menghimbau agar kaum muslimin satu kata dan berusaha untuk saling mendekatkan hati, bersaudara dengan persaudaraan hakiki serta saling berkasih sayang dengan kaum muslimin. Mereka melarang perpecahan, benci, permusuhan dan segala sarananya. Tegas terhadap Kuffar (asyiddau ’alal kuffar) dengan pemahaman yang selamat (baik dan benar). Melarang menganiaya manusia baik darah, harta, maupun kehormatan mereka serta hak-hak mereka, memerintah berbuat adil dan jujur dalam hubungan mu'amalah dengan sesama, serta menganjurkan untuk senantiasa berbuat baik dan mencari keutamaan dalam mu'amalah itu.
Untuk mengetahui bagaimana roh Hizbullah yang pertama kali diperkenalkan di gedung Adhuc Staat, Jalan Taman Surapati nomor 1. Menteng Raya Jakarta (sekarang gedung Bappenas), pada hari raya Iedul Adha, 10 Dzulhijjah 1372 H. (20 Agustus 1953 M), berikut ini dicantumkan ringkasnya:
Hizbullah berpedoman pada Al-Qur`an dan Sunnatu Rasulillah. Hizbullah berjuang karena Allah, dengan Allah, untuk Allah, bersama-sama segenap kaum muslimin menuju mardlatillah.
Dalam menghadapi suasana yang makin bergolak, Hizbullah menetapkan langkah-langkah asasi (strategis) sebagai berikut:
Pandangan, pendirian, dan sikap hidup muslim: Yakin, bahwa berpegang teguh dan taat melaksanakan pedoman Al-Qur`an dan Sunnatu Rasulillah adalah sumber segala kejayaan dan kebahagiaan.
Ukhuwah islamiyyah: Kesatuan bulat bagi seluruh muslimin yang tidak dapat dibagi-bagi, dipisah-pisahkan, apalagi diadudombakan, sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah, baik dalam kemudahan atau dalam kesukaran dan perjuangan.
Kemasyarakatan: Berpihak pada kaum dlaif (lemah, tertindas, teraniaya), menegakkan keadilan.
Sikap terhadap lain-lain golongan: Tegak berdiri dalam lingkungan kaum muslimin di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada kebajikan dan mencegah perbuatan munkar.
Antara bangsa-bangsa: Menolak setiap fitnah penjajahan dan kezhaliman suatu bangsa atas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mu'min Yang Satu Dengan Mu'min Yang Lain Bagaikan Bangunan

Beramal Sebelum Datang Tujuh Perkara

DEFINISI OFFICE BOY