Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos Bokashi
Mengintip Pengelolaan Sampah di SMA Kornita
Sampah tidak selalu menjadi barang yang
tidak bermanfaat dan menjijikan karena bau busuknya. Sebaliknya, jika
bisa mengolahnya dengan baik, sampah akan menjadi barang yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia. SMA Kornita menjadi salah satu SMA yang
mengembangkan sampah organik menjadi pupuk kompos dengan kualitas
tinggi. Apa saja resep SMA Kornita meramu sampah organik?
BUKAN hal yang sulit untuk mengubah
sampah organik menjadi kompos. Pasalnya, sekitar 70 persen sampah di
lingkungan rumah merupakan sampah organik berupa sisa-sisa makanan,
tanaman dan kotoran hewan yang mudah terurai.
SMA Kornita yang berada di dalam
lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) mempunyai resep mengubah
sampah organik menjadi Kompos Bokashi.
Mengenai cara mengolah sampah organik
menjadi Kompos Bokashi, Wakasek Kesiswaan SMA Kornita Gatot Widodo
menjelaskan, bahan yang bisa digunakan yaitu sampah organik yang telah
dicacah dan disekam. Kedua bahan ini kemudian dicampur dengan dedak,
gula pasir serta cairan EM4 ditambah air secukupnya. “EM4 merupakan
larutan fermentasi untuk proses pembusukan unsur organik,” ucapnya.
Langkah-langkahnya yakni, melarutkan EM4
dan gula ke dalam air, sementara buat adonan sampah, sekam dan dedak
sampai merata. Setelah itu, masukan perlahan larutan EM4 ke dalam
adonan.
Bila adonan dikepal dengan tangan, air
tidak keluar dari adonan. Bila kepalan dilepas, maka adonan akan
mengembang. Bila hal tersebut belum terpenuhi dan adukan belum sempurna,
kembali lakukan pengadukan ulang.
Selanjutnya, adonan ditumpuk di atas
ubin kering, kemudian ditutup dengan karung selama 3-4 hari. Pertahankan
suhu gundukan adonan antara 40-50 derajat celcius.
Jika suhu lebih dari 50 derajat celcius,
bukalah karung penutup dan bolak-balik gundukan adonan. Kemudian,
kembali tutup dengan karung goni dan diamkan selama empat hari.
Suhu tinggi dapat mengakibatkan adonan rusak karena proses pembusukan. Selain itu, pengecekan suhu dilakukan setiap lima jam.
Setelah empat hari, adonan terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
Menurut dia, pupuk yang dihasilkan kini
sudah dapat dirasakan dan digunakan, walaupun masih intern. “Digunakan
untuk kebun milik sekolah,” ujarnya.
Dengan demikian, sampah yang dihasilkan
tidak terbuang dengan percuma. “Setelah dengan Jerman, dalam waktu
dekat, kami akan bekerja sama dengan Unilever Indonesia,” katanya.
Sebenarnya, ada cara lain untuk
mengurangi volume sampah yaitu dengan cara pembakaran. Namun, cara
tersebut dapat menghasilkan dioksin atau ratusan jenis senyawa kimia
berbahaya seperti CDD (chlorinated dibenzo-p-dioxin), CDF (chlorinated
dibenzo furan) atau PCB (poly chlorinated biphenyl).
Apabila senyawa yang berstruktur sangat
stabil hanya dapat larut dalam lemak dan tidak dapat terurai ini bocor
ke udara dan terhirup manusia maupun hewan melalui udara, dioksin akan
mengendap dalam tubuh dan pada kadar tertentu dapat mengakibatkan
kanker. “Diharapkan, semua dapat menyadari hidup bersih,” pungkasnya.
(*)
(Lucky L. Hakim) radar-bogor.co.id
(Lucky L. Hakim) radar-bogor.co.id
Komentar
Posting Komentar